Kata pengantar:
Segala puji kepada Allah swt yang telah menolong hambanya dalam
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Allah swt
mungkin penyusus tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Dan tak lupa pula marilah kita mengirim salam kepada kekasih Allah swt,
yang telah membawa kita dari lembah kebodohan/kejahilan menuju ke lembah yang berilmu pengetahuan/ insan kamil.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ”yaumul
masyar” yang akan kami sajikan dari berbagai narasumber melalui website.
Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan dan cobaan. Baik yang datang dari
dalam diri penyusun maupun dari yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah swt akhirnya makalah ini dapat
kami selesaikan.
Makalah ini memuat tentang ”YAUMUL MASYAR DAN YAUMUL HISAB”, yang berguna
kepada kita sebagi orang islam yang akan merasakan kejadian yang maha dasyat
ini. Mungkin dalam makalah ini kurang
sempurna seperti yang kita harapkan, mohon kiranya dimaklumi dan diberikan
saran agar untuk makalah kedepan mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun dalam makalah ini kurang sempurna. Penyusun mohon saran dan
kritikan. Terimakasih.
YAUMUL HISAB
Hari kiamat
adalah hari akhir kehidupan seluruh manusia dan makhluk hidup di dunia yang
harus kita percayai kebenaran adanya yang menjadi jembatan untuk menuju ke
kehidupan selanjutnya di akhirat yang kekal dan abadi. Iman kepada hari kiamat
adalah rukum iman yang ke-lima. Hari kiamat diawali dengan tiupan terompet
sangkakala oleh malaikat isrofil untuk menghancurkan bumi beserta seluruh
isinya.
Hari kiamat
tidak dapat diprediksi kapan akan datangnya karena merupakan rahasia Allah SWT
yang tidak diketahui siapa pun. Namun dengan demikian kita masih bisa
mengetahui kapan datangnya hari kiamat dengan melihat tanda-tanda yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Orang yang beriman kepada Allah SWT dan
banyak berbuat kebaikan akan menerima imbalan surga yang penuh kenikmatan,
sedangkan bagi orang-orang kafir dan penjahat akan masuk neraka yang sangat
pedih untuk disiksa.
Dengan
percaya dan beriman kepada hari kiamat kita akan didorong untuk selalu berbuat
kebajikan, menghindari perbuatan dosa, tidak mudah putus asa, tidak sombong,
tidak takabur dan lain sebagainya karena segala amal perbuatan kita dicatat
oleh malaikat yang akan digunakan sebagai bahan referensi apakah kita akan
masuk surga atau neraka.
Yaumul hisab artinya hari perhitungan amal baik dan buruknya manusia.
Setelah berada di mahsyar selanjutnya mereka akan dihisab satu persatu. Hisab
ialah perhitungan semua amalan manusia, baik amalan yang baik maupun amalan
yang buruk yang telah dilakukan di dunia. Sebelum dihisab mereka akan
diberitahu tentang amal perbuatan yang telah mereka kerjakan meskipun mereka
telah lupa apa yang mereka kerjakan. Mizan atau neraca, amal manusia didunia
telah telah dicatat oleh malaikat raqib dan atid, tanpa ada kekeliruan
sedikitpun. Manusia akan menerima buku catatan amal yang telah dilakukan ketika
didunia. Amal-amal tersebut kemudian ditimbang diatas neraca. Timbangan amal
inilah yang disebut mizan. Barang siapa yang berat amal kebaikannya akan
dimasukkan ke syurga dan yang ringan timbangannya kebaikannya akan dimasukkan
ke dalam neraka. Apabila buku catatan itu berat amal kebaikanya akan diterima
dari sebelah kanan, sebaliknya apabila bila buku itu berat amal kejahatannya akan diterima dari sebelah kiri. Sesuai
dengan firman allah swr dalam alquran surat Al-isra ayat 71, yang aritnya
yaitu:
“Ingatlah suatu hari yang saat itu akan dipanggil tiap umat dengan
pemimpinnya, dan barang siapa yang yang diberikakan kitab amalannya ditangan
kanannya maka mereka tidak dianiaya sedikitpun .”
Dan dilam surat Al-insyiqaq ayat 7 s/d 12 yang artinya :
“Maka adapun orang yang diberi kitabnya dari arah kanan nya, akan
diperhitungkan amal perbuatannya dengan mudah, dan kembali kepada ahlinya riang
gembira. Adapun orang yang diberikan kitab amalannya dari arah kirinya dia akan mengalami kesengsaraan, dan
dimasukkan kedalam neraka syair.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin
Seperti yang disebutkan penulis
(Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah):
وَيُحَاسِبُ
اللَّهُ الْخَلَائِقَ
“Allah Azza wajalla akan menghisab
para makhluk”
Hisab adalah ditampakkannya
amalan-amalan hamba kepada-Nya pada hari kiamat. Dan sungguh al Quran dan as
Sunnah, ijma’, dan akal telah menunjukkan hal ini.
Adapun dalam al Quran, Allah
Subhanahu wata’ala berfirman,
فَأَمَّا
مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا
"Adapun orang yang diberikan
kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang
mudah," (al Insyiqaaq: 7-8)
وَأَمَّا
مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ فَسَوْفَ يَدْعُو ثُبُورًا وَيَصْلَى
سَعِيرًا
"Adapun orang yang diberikan
kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak: "Celakalah aku". Dan
dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)." (al Insyiqaaq:
10-12)
Adapun dalam as Sunnah maka telah
tsabit dari nabi Shallallahu’alaihi wasallam bahwasanya Allah Subhanahu
wata’ala akan menghisab para makhluk. Adapun ijma’ maka sesungguhnya telah
sepakat di antara semua umat, bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala akan
menghisab para makhluk. Adapun dalam akal maka sangat jelas karena sesungguhnya
kita telah diberi beban syari’at, apakah berupa amalan yang harus dikerjakan
ataupun yang harus ditinggalkan atau yang harus dipercayai. Maka akal dan hikmah
itu menetapkan bahwa seseorang yang diberi beban syari’at, maka sesungguhnya
dia akan dihisab dan dimintai pertanggung jawaban.
Perkataan penulis: kholaiq,
adalah jamak dari makluk, mencakup setiap makhluk. Akan tetapi dikecualikan
dari makhluk tersebut orang yang masuk surga tanpa hisab tanpa adzab,
sebagaimana hal ini tsabit dalam as shahihain: Bahwasanya nabi
Shallallahu’alaihi wasallam melihat umatnya dan bersama mereka ada 70.000 orang
yang masuk surga tanpa hisab tanpa adzab. Mereka adalah orang yang tidak pernah
minta diruqyah, tidak pernah berobat dengan kai (besi yang dipanaskan hingga
membara), tidak pernah bertathayyur (beranggapan sial dengan sesuatu yang
dilihat atau didengar) dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakkal [1].
Dan Imam Ahmad Rahimahullah
meriwayatkan dengan sanad yang bagus bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda, "Bahwasanya bersama setiap orang tersebut ada 70.000
orang yang lainnya" [2]
Maka 70.000 dikali 70.000 ditambah
70.000. Mereka itu jumlahnya 70.000 dikali 70.000 ditambah 70.000. Mereka semua
yang masuk surga tanpa hisab tanpa adzab.
[Dinukil dari kitab Syarah Aqidah Al
Wasithiyah bab al iman bil yaumil akhir, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al
Utsaimin, Edisi Indonesia Ada Apa Setelah Kematian? Menelusuri
Kejadian-Kejadian Setelah Hari Kiamat, Penerjemah Abu Hafsh 'Umar Sarlam Al
Atsary, Penerbit Pustaka Al Manshurah Poso, hal. 108-111]
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar